The Dandelion 2

Ila' ku
Sepanjang nafas yang pernah diberikan padaku. Ada hadiah-hadiah yang tak tergantikan, satu dari sekian  hadiah itu adalah kau. Gadis kecil yang berlari melesat-lesat bagai anak panah.
Hari ini kuberitahu satu rahasia. Bukan aku tak bisa berlari menandingimu saat kita mencuri ketela dan rambutan ketika itu, aku hanya tidak suka kau disebut gadis kecil yang bermain-main mencuri isi kebun orang. Meskipun, semakin hari larimu semakin cepat meninggalkanku.

Aku selalu bersyukur kau pulang ke kampung untuk bertemu denganku. Di masa-masa terakhir, itulah hadiah lain yang dipersembahkan buatku.

Aku khawatir kita saling berjauhan, dan aku juga khawatir jika terus bersamamu.

Sore itu, saat kita sepuluh tahun di padang ilalang, diantara bunga dandelion. Aku tahu suatu saat kau akan mengetahui nama bunga itu bukan bunga ilalang, akan tetapi dandelion. Aku yakin kau akan tahu segalanya, nanti.

Dan sore lainnya, di hari kemarin, lagi-lagi di antara bunga ilalang. Aku tahu kenapa kau mengatakannya padaku, bahwa kau selalu ingin pulang di tempat dimana aku berada.

Aku tidak pernah bertanya, tapi aku yakin kita telah lama saling jatuh cinta. Aku sudah tahu sejak lama, Ila' ku. Maaf membuatmu menunggu dan gusar dalam penantian. Sesungguhnya aku selalu berdoa agar kau tak menantiku. Tapi aku mengerti hatimu mulai sering sakit ketika kita berjauhan beberapa minggu.

Ila' ku. Aku memberitahumu bukan untuk menyakitimu. Akan tetapi agar kau lega, agar kau tahu waktu yang kita habiskan hampir dua puluh tahun bersama, selama itulah kita sudah saling jatuh cinta.

Ila'ku. Aku memberitahumu agar engkau mendoakan yang terbaik untukku, berusaha yang terbaik untukmu. Aku tahu kau akan sedih awalnya, tapi kau adalah pelari tercepat yang pernah kutahu. Larilah secepat mungkin dari kesedihan, kau harus lari secepat mungkin untuk menjemput kebahagiaan. Kau tahu kan, ada banyak jalan yang bisa ditempuh seorag pelari, bahkan meski kelihatannya buntu.

Ila'ku. Aku memberitahumu jauh hari, sebelum aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Terimakasih sudah mencintaiku hampir duapuluh tahun terakhir.

Uli

***
Apa yang harus kulakukan, Uli?. Kau pergi begitu saja hanya dengan meninggalkan selembar surat dengan tanggal setahun yang lalu.

Aku pulang dari penelitianku demi sebuah telepon yang mengatakan kau sakit. Dan aku pulang untuk menemuimu, Uli. Tidak bisakah kau bersabar sedikit demi menunggu kedatanganku? Jarak Jepang-Indonesia hanya beberapa jam, Setidaknya aku membutuhkan tawa terakhirmu, kan?

***
Gadis itu meraung dalam pelukan ibu Uli. Jatuh dan menangis memberontak, tidak terima bahwa anak lelaki berkulit cokelat gelap itu sudah berada dalam keranda, diselimuti kain hijau tipis dan bunga-bunga.

Gadis itu memanggil nama jenazah, tidak peduli sang ibu yang memaksanya bungkam dalam dekapan.

"Kenapa? Kenapa Uli pergi?"

"Down Syndrom, Ila'"

"Sejak kapan?"

"Sejak kalian lulus SMA"

"Ibu sudah tahu? Sudah selama itu?"

Ibu Uli mengangguk.

"Dia sudah sakit, dan setiap mendengar kau akan pulang, dia mempersiapkan diri, untuk bisa menemanimu pergi ke sungai, agar kau tidak tahu bila ia sakit"

***
Hari ini aku duduk di padang ilalang itu, Uli. Di senja kesekian setelah kepergianmu. Melihat perwujudanmu di ambang tenggelamnya mentari. Perwujudanmu dalam setiap helai putih dandelion.

Kau selaksa dandelion, kecil, rapuh, terhempas, terusir begitu mudah dari kehidupan.

Sekarang aku tahu kemana dandelion itu pergi. Dandelion pergi ke tanah-tanah nyaman, tanpa terusik. Dandelion mati namun menumbuhkan lagi lebih banyak kehidupan, menyebar, terbang, dan hidup lagi dimana angin menghentikan perjalanan.

Kau selaksa dandelion, diantara ilalang. Kau hidup dimanapun jejak kakiku melangkah. Kau ada di setiap hampar bumi. Menemaiku melanjutkan kehidupan.

Lalu aku bertanya, akankah aku jatuh cinta pada dandelion yang lain? Atau, bunga yang berbeda, mungkin?

Kau selaksa dandelion, dandelionku, cinta pertamaku. Dan aku akan berlari, berlari secepat mungkin untuk mewujudkan harapanmu.

Terimakasih membiarkanku mencintaimu, hampir dua puluh tahun terakhir kita.

-the end-
###

Sumber gambar : google

Share this:

JOIN CONVERSATION

1 komentar: