OPALO # 10

Kali ini, kuceritakan bagaimana Opalo bertemu Nando si hacker.

Opalo berfikir banyak setelah ia mengalami penolakan permintaan biodata atas rekening kami. Entah bagaimana inspirasi itu muncul dalam pikirannya. Ia browshing, mencari informasi mengenai data yang ia inginkan.

Penelusuran demi penelusuran, Opalo masuk ke sebuah situs. Disini ia chating dengan admin situs tersebut.

Dengan hati-hati Opalo bergerak sebagai seorang fans yang mengagumi keahlian-keahlian 'jahat' dan 'cerdas' para hachker. Pada satu titik, Opalo menantangnya untuk membobolkan informasi yang ia inginkan.

Admin situs awalnya tidak menanggapi. Lalu Opalo mengajaknya bertemu. Tidak dinyana, mereka mahasiswa di Universitas yang sama. Hanya saja, Nando satu tingkat lebih tinggi dari Opalo.

Opalo menceritakan 'semuanya', semua yang perlu Nando ketahui agar mau membantunya. Dengan tambahan kebohongan di sana sini.

Pada akhirnya pun, setelah Nando menemukan apa yang Opalo inginkan. Opalo harus mengakui kenyataan dan berkata jujur padanya.

Kupikir tadinya rahasia ini hanya antara aku dan dia, tapi seseorang lain mengetahuinya, Nando.

Di hari kemudian, saat Opalo pulang dari gereja. Aku mencatat lagi siapa orang-orang yang mengetahui rahasia ini. Ah, sebenarnya aku tidak yakin kalau Mr. Hendro tahu yang sesungguhnya.

Satu pertanyaan lagi muncul, siapa orang yang memasukkan nama Opalo ke daftar beasiswa gereja? Ini sama sekali belum jelas, bahkan Opalo sendiri belum mendapatkan namanya.

Pagi hari aku bangun dengan perasaan lelah. Semalam, ketika Opalo pulang dari gereja dan mendiskusikan masalahnya. Aku sedang belajar, karena hari ini aku akan ulangan.

Tahukah, hari ini hari Minggu. Jadi, hari ulabganku bukanlah hari ini.

Hari Minggu memang waktunya membantu ibu menyelesaikan pekerjaan rumah. Dan aku melihat Opalo bersiap-siap.

"Mau kemana?"

"Ketemu Nando"

"Ada apa?"

"Hanya berbicara"

Setahuku, di Universitas, Opalo nyaris tak punya teman. Ya, sejak Agustus 2015, ia menjauh dari teman-temannya. Kurasa ia tertekan. Dan sekarang ia berteman dengan Nando, si hacker yang baru dikenalnya.

"Boleh aku ikut?"

"Tidak, jangan kamu terlibat dengan Nando"

"Kenapa?"

"Bahaya"

"Dan kakak berteman dengannya"

"Justru itu, dia akan marah kalau statusnya sebagai seorang hacker bocor. Hanya aku dan kau yang tahu"

Baiklah, mungkin menyenangkan berteman dengan hacker, atau lebih mungkin tidak.

Opalo bertemu Nando, Nando sudah tahu semuanya, bahkan soal Opalo calon biarawati. Jelas sekali Nando menertawakannya, "sial sekali hidupmu", kata Nando.

Dan Ya, Nando adalah seorang atheis secara statusnya. Apa hal semacam ini di izinkan? Maksdku, di Indonesia hampir semua orang memiliki kepercayaan bahkan mereka penganut klenik. Di kemudian hari mereka bercengkerama banyak mengenai kepercayaan ini.

Yang membuatku surprise dengan cerita Opalo kali ini. Nando memberitahunya sebuah cetak biru. Sepertinya mereka akan menimbulkan sesuatu.

##
Pict by google

Share this:

JOIN CONVERSATION

1 komentar: