Akreditasi

Saya tidak bisa mengatakan ini pengalaman paling menarik, atau semacamnya. Namun sejenak membuat pikiran saya nyentil akan sesuatu.

Sejak akhir Februari tepatnya. Pada suatu hari di bulan itu kepala sekolah kami mendapat telepon mengejutkan dari WASPENDAIS (pengawas pendidikan agama islam), bahwasanya sekolah kami mendapat jadwal akreditasi pada bulan April.

Hal tersebut benar-benar mengejutkan semua pihak, meski sebenarnya tidak begitu berpengaruh bagi saya. Kenapa? Karena selama saya berada di ranah pendidikan MI hampir 5 tahun saya belum tahu apa itu akreditasi dan bagaimana prosedur pelaksanaannya.

Saya sementara ini seorang lulusan SMA, dan tengah didorong berjuang oleh ibu saya untuk kuliah. Duduk di semester 4 di usia yang hampir seperempat abad bersama teman-teman dari berbagai latar belakang. Saya bisa mengatakan, kuliah saya keren dan berbeda dari kelas-kelas anak kuliahan pada umumnya.

Bercerita tentang kuliah mungkin bisa lain kali, sekarang saya sedang mencoba fokus untuk mengungkapkan kejadian akreditasi ini.

Jujur saja kami, tidak termasuk saya, ingin mengajukan protes kepada atasan perihal akreditasi mendadak yang hanya mendapat waktu persiapan tak lebih dari 2 bulan, bahkan kurang.

Pada tanggal 29 Februari UTS semester 2 harus dilaksanakan, sesuai kalender pendidikan KEMENAG. kami adalah satu dari banyak MI swasta di negeri ini. Ketika UTS datang kami bahkan membuat soal melalui organisasi KKMI kecamatan, disebar ke seluruh sekolah di beberapa gugus dan menggandakan sendiri. Soal-soal itu harus antri di fotokopian.

Meski saya pikir awalnya tidak berpengaruh kepada saya mengenai akreditasi ini, ternyata meleset seratus persen. Pikiran kami kemudian bercabang banyak sekali. Selain menghadapi UTS, kami juga tengah mempersiapkan rapat bersama wali murid bersama kelas 6 untuk persiapan ujian nasional dan mujahadah. Belum lagi semua administrasi perihal tryout mulai dari tryout cabang sampai pusat harus siap sebelum pelaksanaan.

Belakangan kami menghitung tanggal dan ketahuan bahwa tanggal 18 April, jadwal akreditasi sekolah kami bertepatan dengan salah satu jadwal tryout. Kami tertawa senang, berdoa semoga akreditasi diundur saja, kemudian mengeluh lagi, diundur atau tidak sama saja, kami tetap melakukan persiapan semaksimal mungkin.

Beberap hari sejak awal Maret, kami memasak nasi di sekolah. Pulang pukul 17.30 waktu setempat, hampir maghrib. Kecuali saya, karena dalam satu minggu saya ada kuliah 2-4 hari mulai pukul 12.30 hingga 17.45. Jadilah saya sering kabur dsri sekolah, teman-teman kantor mau tidak mau memaklumi dan harus mendukung saya karena sebelum mendaftar untuk melanjutkan kuliah saya sudah berkonsultasi dan mereka sangat mendukung bahkan menyuruh bersegera.

Semua teman guru di sekolah sangat perhatian, saya adalah 'ibu' paling muda di kantor itu. Semuanya sudan 30 th keatas dan sudah berkeluarga.

Hari - hari menjelang akreditasi yang sangat super sekali sibuknya. Kami mendengarkan lagu-lagu lama dari youtube untuk mengusir hening ketika kami mengerjakan satu dua administrasi. Kami bahkan menonton serial UTTARAN dan heboh bersama. Sesekali salah seorang akan tidur di UKS jika sudah begitu mengantuk, hanya disana ada tempat tidur empuk dan bantal.

Ini pengalaman pertama, keren dan hikmahnya luar biasa. Kami mulai mengerjakan semua tugas dengan berbagi, saling bahu membahu, dan menghilangkan kesan 'mistis' menyambut akreditasi. Kami menertawakan hal-hal aneh. Di dalam kantor, saya bisa menjadi anak kecil yang sangat tidak sopan kepada mereka. Dan mereka menertawakan saya.

Satu dua kali saya merasa kangen dengan grup ODOP, teman-teman di BBM yang seringkali berkirim nyanyian fals, bahkan belum sempat menyapa mbak Rani yang sedang sedih meski saya yakin dia berusaha bangkit lagi dengan tulisannya. Saya hanya menjadi silent reader sementara waktu di grup ODOP, meski teman-teman  guru sering mengingatkan ketika handphone saya berbunyi pertanda ada audrey yang mungkin sedang 'bertengkar' dengan mba Intan atau mba Ana yang sedang di 'bully' emak-emak. Terakhir saya turut mendoakan bang Alif, semoga setelah sakit kali ini, jiwa raganya semakin kuat dan sehat, aamiin.

Ah, kangen sekali. Emak-emak, bunda Maya, mba sabrina, mba Febie yang lama ngga muncul dan ketika muncul saya yang ngilang. Mba ulfa, mba Fiqoh, Audrey yang belepotan sama 'sedang mengetiknya', sukses ya drey ujiannya, aamiin. Mba Ella semoga sehat selalu merawat bang Alif. Abang-abang semuanya, Mulai dari ketua RT bang Syaiha, bang sep, bang Aydi, Bang Sae, Bang Ken yang jarang nongol, dan Abang-abang di barisan silent reader mungkin.

Ngga hafal nama2nya, tapi pasti ketahuan kalo lihat chat di ODOP.

Ternyata, ada 2 hikmah besar melalui peristiwa menyambut akreditasi ini. Pertama → Segala sesuatu harus sesuai porsinya, ada kantor, ada kebidupan pribadi, ada kebutuhan psikis (nulis) yang harus dipenuhi. Terkadang, ketika terjadi hentakan semacam ini bagi saya pribadi, salah satu harus di korbankan sementara, tapi jangan disingkirkan. Kedua → Hayati, Nikmati, Syukuri. Sudah, dan saya yakin everything will be OK.

ODOP, kangen kalian semua. Saya meluangkan waktu untuk menulis ini, di ambang rasa kantuk yang amat sangat, karena saya kangen sama teman-teman di ODOP semua.

Sumber gambar : google

Share this:

JOIN CONVERSATION

4 komentar:

  1. Masya Allah.. semangat mbak. Kangen celotehan mbak rina juga. Tapi kok namaku g ada di tulisannya hehe..#abaikan. Met rehat mbak..^ ^

    BalasHapus
  2. Smangaaat, mbak Rina
    Pasti belakangan adalah hari2 sibuk dan melelahkan. Nice Post, mbak..:)

    BalasHapus