Saya dan mba Desy

Ada apa dengan saya dan mba Desy?

Sungguh, hari ini kuliah hari pertama. Sampai rumah pukul 18.45 waktu setempat. Dan badanku lelah sekali. Mau beranjak shalat isya saja serasa kaki terikat terali tembaga dengan bandul bola besi seberat satu kwintal. Amat-amatlah berat dibayangkan, karena pada kenyataannya saya belum pernah mengangkat beban seberat itu sekaligus. Maka saat membayangkan saja tidak mampu, bagaimana kenyataannya. Mata saya sudah minta dipejam sejak sampai rumah. Otot-otot bagai bambu muda dipelintir, nyeri.

Sudah-sudah, tidak perlu panjang lebar mengeluhnya. Akhirnya saya beranjak shalat isya ketika jam dinding menunjuk angka sembilan kurang 15 menit. Berharap mendapat ilham menulis setelah selesai shalat. Dan hampir 45 menit kemudian saya masih bengong di kasur sambil memainkan game POU, lagi.

Sebenarnya ada 3 draft yang ingin saya tulis. Pertama tentang ayah yang membunuh anak-anaknya, kedua tentang tabrakan dan ketiga tentang tantangan arisan. Tapi tidak jadi semua deh akhirnya.

Saya akan ceritakan sedikit tentang saya dan mba Desy. Mba Desy dari temanggung yang sama-sama nongkrong di ODOP.

Pertama kenal dengannya sungguh di luar dugaan. Dulu ketika SMA, mba Desy sudah duduk di kelas 3 dan saya masih kelas 1. Saya mendengar kabar teman saya yang juga bernama Desy akan sekolah di SMA yang sama dengan saya. Tepatnya di pesantren yang sama.

Desy teman saya ini juga berasal dari Temanggung. Maka begitu masuk asrama saya mencari tahu tentang Desy dari temanggung. Seorang adik kelas bernama Nur yang sama-sama berasal dari Temanggung memberitahu kalau mbak Desy belum tiba di pesantren. Alangkah anehnya, saya dan Nur membicarakan 2 Desy yang berbeda. Saya membicarakan Desy teman saya dan Nur membicarakan mbak Desy yang sudah kelas 3 SMA itu.

Entah bagaimana cerita itu berlanjut, saya sedikit lupa hingga saya mendapat hadiah dari OSIS sebagai peserta MOS. Ada sebuah buku agenda dengan sebuah puisi bertulisan tangan mba Desy. Saya sangat suka puisi itu. Lain kali mungkin akan saya posting puisi yang dikhususkan untuk saya itu.

Lanjut demi lanjut, tidak jelas lagi ingatan saya. Tahu-tahu kami sudah akrab dan sering kumpul-kumpul. Lama-lama kami saling tahu kalau kami memiliki hobi yang sama, menulis.

Lucunya, selama satu tahun bersama di pesantren. Kami sering membuat buku untuk saingan menulis novel. Siapa yang kalah harus mentraktir bakso. Pada masa itu, di traktir bakso adalah sesuatu yang begitu istimewa, serius. Apalagi untuk ukuran anak santri.

Nyatanya, pada akhirnya kami sama-sama dongkol karena novel kami belum selesai. Bahkan buku itu (buku tulis yang saya gunakan menulis manual bakal novel) masih saya simpan sampai hari ini.

Hingga mba Desy lulus kani masih kontak, terkadang. Pernah sekali saya nelfon dia sambil nangis mengharu biru karena sedang sediiiih sekali. Mau ketawa sendiri kalau ingat. Kesibukan kami mulai berbeda, karena domisili kami sudah terpisah. Sekali dua kami teriak-teriak di inbok FB karena kangen.

Sampai akhirnya dia terbang ke Malaysia, bekerja dan sekolah disana, dan ketemu Golagong, Pipiet Senja dll. Oh sungguh iri, saya bahkan sempat berfikir untuk terbang ke Malaysia mengikuti dia, hahaha. Akan tetapi, ayah ibu saya menolak mentah-mentah. Katanya khawatir kalau terlalu betah saya malah tidak pulang, benar-benar tidak masuk akal.

Sampai hari ini, sejak dia pulang dari Malaysia terakhir kalinya. Saya belum sempat bertemu dia. Oh, rindunya. Ayo mbak kita ketemu, mau ku traktir bakso Rudal di pasar Weleri Kendal? Atau kau traktir aku sop buah dan pempek khas di terminal lama Weleri Kendal.

***
Teruntuk mba Desy, salah satu rekan dan kakak yang selalu menginspirasiku.

***
Foto ketika kami menjadi pasukan Paskibra tahun 2007 kalau tidak salah.

Share this:

JOIN CONVERSATION

5 komentar:

  1. Ini nyata mbak ceritanya?

    BalasHapus
  2. Oh, ternyata dah kenal?
    Terus gabung di ODOPnya kebetulan atau memang saling ajak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya cerita ke dia, trus tertarik dah mba desy nya. Jadi sama2 gabung

      Hapus
  3. Waah persahabatan yang seru. Barakallah fiikum

    BalasHapus