Penyambung Doa

Malam ini, mungkin takdir memang begini jalannya. Aku tidak menyalahkan kita yang berpisah sebelum bersama. Aku tidak menyalahkan perasaanku yang begitu menjadi-jadi. Aku tidak menyalahkan alam yang membantuku jatuh hati padamu.

Sekali ini aku patah hati, dan aku tak pernah ingin menyalahkan siapapun. Aku hanya sedih, maka biarkan saja aku menangis. Menurut tuhan ini yang terbaik? Aku menyadarinya tapi aku tetap sedih menangisinya. Haruskah aku bersyukur? Bersyukur dipisahkan darimu di dunia. Bolehkah aku berharap?  Berharap bertemu lagi denganmu di syurga. Tapi aku terlalu takut, bisakah aku mencium wanginya.

Sekali ini aku patah hati, namun aku lega bahwa kita bisa mensyukurinya. Sekali ini aku patah hati, namun aku lega kita bisa tersenyum tanpa murka. Sekali ini aku patah hati, namun aku tidak menyesali mengetahuimu, mengalimu, menyimpanmu dalam hatiku.

Bukankah cinta ini lucu? Kita sepakat untuk berpisah, namun tahu kita mungkin akan saling merindukan. Kita sepakat untuk berjauh jauh, namun berharap pada sebuah pertemuan yang mendebarkan. Kita sepakat untuk menerima jarak, namun yakin hati kita selalu saling mendoakan.

Saat kita terpisah tanpa sempat bersama, kemudian aku mengerti, aku yakin ini bukan patah hati. Ini hanya penyambung doa, semoga kelak kita dipertemukan di syurga.

Agar engkau tahu, bahwa perasaan kita bisa sedamai ini.

Suatu hari di OneDayOnePost
Sebuah malam di 28 Januari 2016

Sumber gambar : http://chocolatecandylover.blogspot.com/2012/04/sunset-terakhir-kami.html

Share this:

JOIN CONVERSATION

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar