Jendela

Tata bertemu dengannya ketika Danu masih lajang. Umur mereka selisih enam tahun. Tidak tampak mencolok perbedaan usia tersebut karena Tata memiliki postur yang dewasa, tampak lebih dewasa daripada usia aslinya.

Waktu itu usianya duapuluh tahun, masih menempuh kuliah semester empat jurusan Biologi. Biologi adalah bidang yang ia sukai sejak kecil. Semasa kuliah Tata suka makan di warung dekat kostnya yang tak jauh dari taman kota. Di salah satu warung nasi yang terlihat berkelas namun menyediakan tarif mahasiswa, Danu  bekerja sebagai tenaga memasak disana.

Sore itu, pengunjung cukup ramai. Selain malam minggu, juga karena langit terang ditambah sebuah acara bazar digelar di tengah taman kota. Warung nasi tempat Danu bekerja buka hingga malam.

Tata celingak celinguk sendirian setelah makan. Ia tak punya teman di malam minggu. Semua teman kostnya berkencan. Sementara Tata, bukan masalah ia tak disukai pria. Tata hanya tidak suka, menghabiskan waktu dengan lelaki yang disebut pacar. Maksud hati ingin melihat pameran. Ia malah mendapati dirinya sendirian. Maka kemudian Tata berjalan sendirian di antara pengunjung yang bergandengan atau dengan keluarga dan teman, mensyukuri kesendiriannya malam ini.

Naas, bukan kebetulan atau sengaja disebut takdir. Danu yang sudah selesai jam kerjanya memergoki seorang copet sedang membobol tas Tata dengan sebuah cutter. Cekatan Danu menangkap pencopet,  dan taman kota menjadi semakin ramai karena ada arak-arakan pencopet.

Tidak banyak yang terjadi, Danu menemani Tata pulang karena arah jalan mereka sama. Takdir? Ya, tentu saja. Mereka memang ditakdirkan bertemu. Kejadian hari itu memang sudah tertulis di langit sejak zaman azali.

Tata merasa akrab dengan lelaki ini, untuk pertama kalinya. Ketika Danu pamit dan mengucapkan salam, Tata masuk dan mengintip lelaki itu dari jendela kamar kostnya. Kemudian hal itu terus terjadi hingga kini.

Aku tidak akan mengejarmu. Karena, aku sudah bersyukur aku memiliki jendela untuk memandang dan mengantar langkah menjauhmu. Aku tidak akan pernah mengejarmu. Meski sebanyak kali engkau datang dan pergi, aku sudah punya tempat kembali. Kopi.

#OneDayOnePost
#HariKedelapan

Share this:

JOIN CONVERSATION

5 komentar:

  1. Aaaaa.....endingnya ngena banget. Tunggu punyaku, Darah untuk presiden.

    BalasHapus
  2. Okiii dokkiii mak, ditunggu yak, xixixi

    BalasHapus
  3. Aiihhh..mbak Rina romantis sadistis..kayaknya ini pengalaman pribadi ya mbak...ngintipin orang di jendela. Hehhehe

    BalasHapus
  4. Kirain apa mba rani? Haha
    Mba sabrin, kalo ngintipin orangnya iya, tp kalo suami orangnya engga, hihihi

    BalasHapus