Antara diet dan Ferrari

Beberapa hari yang lalu, dunia pemberitaan dihebohkan dengan pernyataan menteri Puan tentang jatah beras subsidi bagi rakyat miskin. Didalam berita itu dikutip sebuah komentar dari meneteri Puan yang mengatakan kalau beliau menyuruh rakyat untuk diet sementara harga beras melambung tinggi.

Baru saja saya membuka facebook. Kemudian saya disuguhi dengan sebuah berita tentang para anggota DPR yang konvoy mobil mewah Ferrari dalam sebuah acara. Peristiwa ini sungguh menyakiti hari rakyat terutama wong cilik. Begitu kira kira bunyi berita yang saya baca.

Sungguh ironi, negeri kita sudah berbolak balik. Begitulah jika mata hati sudah tidak lagi bening. Rakyat butuh makan, sementara pemerintah tidak bisa memberikan solusi pangan murah dan bermanfaat. Satu kegagalan bagi pemerintah. Masyarakat miskin mungkin memang tetap ada, mau semaju apapun sebuah negara. Tapi ini adalah Indonesia. Negara yang pada masanya menjadi negara swasembada pangan dunia. Sebuah negara yang subur makmur namun sekian juta rakyatnya miskin dan kesulitan mencari makan.

Ini Indonesia, yang mana negaranya tidak pernah kekurangan air, tidak pernah kekurangan pohon. Tanah yang subur dan luas. Hutan belantara di sepanjang pulau Sumatra dan Kalimantan. Lalu kenapa potensi-potensi dalam negeri ini tidak bisa dimaksimalkan.

Pemerintah sepertinya tidak ambil peduli, dibandingkan melejitkan potensi sekian ribu manusia di Indonesia. Pemerintah lebih suka menebang hutan, membuat perkebunan sawit milik perseorangan. Dari pada menyuburkan lahan padi, pemerintah lebih suka menguburnya dengan adonan semen untuk dibuat pabrik raksasa milik perseorangan. Kemudian rakyat Indonesia menjadi kuli, bekerja pada konglomerat asing di tanah sendiri. Kemudian rakyat Indonesia kelaparan, sementara menteri yang wajahnya tampak keibuan itu menyuruh diet. Ibu mana yang tega anaknya diet karena tidak ada nasi. Wajarnya seorang ibu akan mengajari anaknya menanam padi, mengajarinya mencangkul, memberi tahu sawah mana yang potensinya subur. Lah ini?. Kemudian ketika rakyatnya banyak yang putus sekolah demi mencari makan, para anggota DPR sibuk memamerkan suara mesin mobil mereka.

Hey, itu semua sama. Semua mesin mobil. Mau seempuk apa kursinya, sehalus apa bahan kulitnya. Tetap saja akan diduduki bokong yang bisa mengeluarkan kentut. Semulus apa bodinya, kinclong? Tetap saja akan terpapar sinar ultraviolet yang justru kalian sebabkan karena polusi itu, iya polusi bahan bakar.

Lucunya, saya sendiri merasa kesal membaca berita itu. Wahai bapak ibu menteri dan anggota DPR. bangulah rakyatmu ini untuk bisa mandiri. Kami memang ingin bekerja, menjadi pengusaha. Maka jangan biarkan kami menjadi kacung investor asing yang suka menutup tanah sawah dengan adonan semen. Kalau semua sawah itu menghilang, kalian juga akan kelaparan.

Eh maaf, saya salah bicara. Kalian pasti punya banyak uang untuk mengimpor beras termahal terwangi terempuk termanis dari luar negeri. Lalu kami? Akankan dibiarkan mati pelan-pelan. Tidak ingatkah bapak ibu bahwa rakyat adalah amanah dari jabatan yang kalian sandang? Tidak ingatkah?

Buka mata hati kita, mari lebih peduli dan peka terhadap lingkungan di sekitar kita. Tidak usah menunggu menteri maupun pemerintah. Lakukan dari sekarang, untuk kita semua.

Suatu hari di #OneDayOnePost

Pict copyright : https://commons.m.wikimedia.org/wiki/File:Flag_map_of_Indonesia.svg

Share this:

JOIN CONVERSATION

8 komentar:

  1. Bagus mba, isinya dan penyampaiannya.
    Akan lebih enak dibaca kalau penulisannya sesuai ejaan, mba. Maaf sekadar komen mba.

    BalasHapus
  2. Ok mba makasih sarannya, dibabtu dong yg belum sesuai. Hehe

    BalasHapus
  3. Tanpa diet juga orang miskin sudah susah makan..
    Apa mereka nggak ngerti?

    BalasHapus
  4. Merdekaaaa..!!! Mari kita menanam jagung :)

    BalasHapus
  5. Merdekaaaa..!!! Mari kita menanam jagung :)

    BalasHapus
  6. Iya itu bang makanya,

    Budhe mon, merdeka!!!!

    BalasHapus