Hari Santri Nasional 22 Oktober

22 Oktober adalah tanggal peringatan Hari Santri Nasional. Berlandas pada resolusi jihad yang dicetuskan oleh KH. Hasyim Asy'ari pada masa perlawanan melawan tentara inggris yang menjajah Indonesia.

Fenomena Hari Santri tahun ini teramat booming di kalangan masyarakat muslim Indonesia. Saya tergelitik sedikit ketika membaca salah satu postingan teman di salah satu social media. Kurang lebih bunyinya seperti ini : Hari ini banyak bermunculan SANTRI di facebook.

Tidak salah tidak benar, tergantung dari sudut pandang mana kita menilainya. Secara kasat mata, sederet kalimat pendek tersebut ada benarnya. Saya sendiri mengakui, teman saya, santri yang mondok maupun tidak, ramai-ramai mengupload foto mereka dengan spanduk SELAMAT HARI SANTRI NASIONAL. Sebagian besar mencantumkan nama pondok pesantren dimana mereka belajar. Sebenarnya saya adalah salah satu yang tidak melakukan hal ini.

Apa sisi positifnya banyak muncul santri di facebook tanggal 22 Oktober?. Tentu saja, secara tidak langsung mereka mempromosikan pondok pesantren. Bangga akan diri yang menjadi seorang santri, ini bagus.

Di sekitar lingkungan yang tak jauh dari desa saya, beberapa bagian desa lain memperingati Hari Santri Nasional ini dengan mengadakan kegiatan jalab santai dan pawai.

Kita memang baru beberapa kali melaksanakan peringatan Hari Santri Nasional. Lalu mari kita menilik sejarah, bahwasanya para santri dan ulama adalah bagian penting yang banyak membantu dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Apakah di masa kini, pawai saja cukup? Tentu tidak. Melihat bagaimana kerasnya perjuangan para santri dan ulama di masa lalu, maka harus lebih dan keras lagi perjuangan kita di masa kini sebagai santri.

Para ulama dan santri pada masa lalu telah memberikan pelajaran bagaimana kita harus memperjuangkan agama Allah di jalan yang benar, maka apa yang bisa kita lakukan sebagai santri masa kini.

Hanya update status dan pawai dengan bunyi genderang di sana sini tidak banyak mengarahkan apa yang seharusnya kita lakukan.

Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai santri masa kini?

Tilik lagi perjuangan apa yang santri lakukan di masa lalu. Mereka mengusir penjajah, maka kita juga.

Dalam kondisi negara yang merdeka, bukan berarti kita tidak dijajah. Akan tetapi justru penjajah pun semakin merdeka melancarkan aksinya. Krisis akhlak, demam medsos, menjadi para pengikut kelompok kekinian adalah beberapa diantara penjajahan yang sedang terjadi kepada kita. Khususnya santri generasi muda.

Maka, jangan membuang waktu kita untuk mengkafirkan saudara muslim kita hanya karena berbeda mazhab. Mari kita singsingkan lengan baju, saling bergenggam erat secara fleksibel untuk bersama-sama maju. Banyak umat yang kehilangan arah yang perlu kita rangkul. Banyak generasi kita yang memiliki potensi besar namun kita sibuk berselisih diantara kita sendiri.

Maka di tahun-tahun yang akan datang, mari bukan sekedar pawai dan huru hara. Sebuah langkah persatuan yang sarat ukhuwah dan keilmuan lebih di butuhkan oleh umat ketimbang berjalan keliling desa dengan lampion warna-warni.

Bukan berarti saya tidak setuju dengan sebuah perayaan. Akan tetapi porsi apa yang lebih penting dan lebih memberi manfaat kepada umat. Maka para santri perlu pengayoman dan tuntunan para ulama. Sehingga Hari Santri Nasional bukan hanya 'sekedar hari'.
Mari kita lakukan lebih, mulai dari porsi kita masing-masing untuk umat. Karena segala sesuatu tersebut akan kembali kepada kita. Sebanyak kita memberi, lebih banyak yang kita terima.

Santri bukan hanya yang mondok saja, tapi yang berakhlak seperti santri adalah SANTRI - Gus Mus.

##
Pict by google

Share this:

JOIN CONVERSATION

2 komentar:

  1. Setuju dengan mba Rina.
    Jangan sekedar hari. Tp lakukan lebih

    BalasHapus
  2. selamat hari santri ya Kak Na.. itu murid2nya lucu-lucu.. ^_^

    BalasHapus