Bubuk Kopi bag 12

Narai POV
Lihat! Gadis itu sebenarnya bisa menjadi istri yang baik. Ini sudah setengah tujuh dan dia belum selesai masak. Lagipula aku tidak ada pekerjaan lain selain memantaunya dari pintu dapur. Heran saja, ia tidak terusik. Dan, ia masih mengenakan kerudung seperti biasanya. Seolah-olah ini bukan rumah sendiri.
Pintu depan diketuk, ada tamu. Bapak dan Mamah sudah datang. Kusambut mereka dan kupersilahkan duduk. Mamah menanyakan istriku, kukatakan bahwa istriku sedang memasak untuk sarapan kami.
"Mamah belum pernah masuk rumah ini ya Rai, keculai ketika kalian menikah". Mamah memperhatikan dinding-dinding rumah, padahal tidak ada apa-apa selain lukisan dan jam dinding.
"Kalau Mamah mau lihat-lihat, mari Rai antar jalan-jalan Mah. Sambil nunggu Tata selesai masak"
"Ah, tidak usah. Nanti saja Mamah jalan-jalannya"
"Atau, Mamah mau jalan-jalan keliling rumah sama Bapak? Rai nengok Tata dulu".
Aku harus meninggalkan mertuaku untuk memastikan istriku bekerja dengan benar, kenapa dia lama sekali? Dari jam lima sampai jam tujuh dia tidak keluar dari dapur.
Ternyata Tata sudah menata piring, sendok, nasi, lauk dan sebagainya di meja makan. Aku membeli set meja makan ini seminggu sebelum menikah, dan ini hari pertama kami, aku dan Tata akan makan bersama sekaligus dengan mertuaku.
"Gimana?"
"Lengkap banget", ada sayur bening berwarna-warni merah kuning hijau, tempe goreng, ayam goreng, sambal tomat, Tata juga menyiapkan melon yang sudah ia potong ukuran sekali suap.
"Ayo, sarapan", ujarnya. Aku harus memanggil Mamah dan Bapak yang masih duduk di ruang tamu. Beliau berdua duduk berdampingan di kursi ruang makan. Mengomentari masakan Tata, sambil melahapnya.
Seusai sarapan, Mamah mengajak Bapak melihat-lihat seisi rumah. Aku mempersilahkan mereka melihat kamarku juga. Demi menghindari kesan yang tidak baik mengenai hubungan kami, Aku mengangkat tas dan barang-barang Tata ke kamar. Untuk bagian ini juga Tata tidak tahu.
Aku membantu Tata membereskan peralatan dari meja makan.
"Temanilah Mamah dan Bapak. Ngapain kamu disini?", kata gadis itu, seolah mengusirku.
"Aku mau menemanimu saja, disini",
Tata tak ambil pusing dengan keinginanku, ia melanjutkan pekerjaan. Mulai mencuci piring di wastafel. Kuhampiri ia, lalu kupegang punggungnya. Sepertinya Tata terkejut, ia berhenti menggosok piring.
"Masakannya enak", kataku. Tata hanya menggumam.
"Nanti siang kamu masak lagi, ya?", Lanjutku.
"Oke", jawabnya singkat.
"Lanjutkan nyuci piringnya!", Kataku memerintah.
"Tapi tolong lepaskan tanganmu, Rai"
"Tidak!", Kulingkarkan tanganku di perutnya, dan kuletakkan daguku di pundak kirinya. Tata bergerak menghindar tapi ia tidak bisa. Jadinya ia hanya menggeser sedikit kakinya ke kanan.
"Ayu teruskan, aku akan begini sampai kamu selesai nyuci piring!"
"Kamu ngapain sih!", Ia berusaha menggeser kakinya lagi ke kanan. Aku harus menahan tawa karena saat ini ia lucu.
"Aku lagi menemani istriku mencuci piring!", kataku manja, aku sengaja menggodanya.
"Menemani? ini namanya mengganggu!"
"Yasudah, aku lagi mengganggu istriku mencuci piring". Tata melirikku, aku takin ia bisa melihat wajahku yang tersenyum lebar. Akhirnya, Tata melanjutkan pekerjaannya dengan kepalaku yang menempel di pundaknya.
Kupikir ini akan berakhir begitu saja, ternyata godaanku pagi ini berbuah, aku mendapat sebuah sikutan tajam dari Tata, karena sebelum pekerjaannya selesai, Ada dua orang tua yang menertawakan kami dari pintu dapur, membuat ia gusar, malu dan kesal. Tapi aku tidak, aku senang, Bapak dan Mamah mungkin perlu melihat kalau kami bahagia.
***
sumber gambar : google

Share this:

JOIN CONVERSATION

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar