OPALO # 6
2 Agustus 2015
Opalo menerima surat dari orang tuanya. Aku masih tidak mengerti, kenapa ia begitu murung di hari ulang tahunnya. Mungkin, ia merasa hari ini adalah hari terburuk yang pernah ia lalui. Merasa terbuang, merasa terasing, merasa tiba-tiba tidak diakui. Aku hanya menduga, tidak berani bertanya.
Aku tidak melihatnya langsung. Aku tidak merasakannya langsung. Mungkin perasaanku sendiri kurang peka terhadap posisinya sekarang. Akan tetapi bagiku tidak ada yang berubah. Ibu juga mengatakan seperti itu.
"Kamu tetap anak Ibu. Tidak ada yang berubah. Setiap kali Ibu teringat pesan orang tua kandungmu, setiap kali Ibu merasa bersalah. Ibu mengasuhmu sejak kamu belajar berjalan. Ibu menyayangimu seperti Ibu menyayangi Gema dan Anita. Tapi tetap saja, Ibu harus memberitahumu. Ibu tidak bermaksud apa-apa selain melaksanakan pesan orang tua mu. Seperti Ibu sudah melaksanakan apa yang mereka inginkan untukmu. Opalo tetap anak Ibu, tetap kakaknya Anita, tetap adiknya Gema"
Hari ini Ibu bicara panjang lebar. Aku mendengarkan, Gema mendengarkan, Opalo mendengarkan. Ibu berpesan kepada kami bertiga untuk tetap menjalani kehidupan seperti yang sudah berjalan sebelumnya. Ayah juga mendengarkan, namun tidak berkata apa-apa. Mungkin perasaan Ayah sama seperti Ibu. Lalu aku memikirkan bagaimana perasaan Gema ketika itu, ketika peristiwa enam belas tahun silam ia lewati.
Hari ini, Ibu memberikan semua surat yang orang tua Opalo kirimkan. Termasuk surat yang ditujukan kepada Ibu.
Opalo bergeming, ia mengabaikan semuanya. Ibu, Ayah, dan aku. Gema tidak sering bergaul dengannya. Karena selisih usia yang jauh, Gema tidak bisa bertindak seperti kami yang sepantaran, terlebih dia laki-laki.
Opalo hanya meletakkan surat-surat itu di atas meja belajarnya. Dia tidak peduli ketika kuajak bicara. Lebih memilih membaca buku, membaca facebook, mendengarkan musik.
Sekali dua kudengar ia menangis saat malam. Ia bolos sekolah, dan aku tetap sekolah dengan teman-temanku.
Ibu menunjukkan apapun yang membuat Opalo yakin bahwa ia memang bukan anak kandung Ibu dan Ayah, namun memberi keyakinan lain bahwa posisinya tidak berubah. Bagiku, ini masygul, tidak sesuai.
Akhirnya Opalo bosan, ia mungkin mendapat inspirasi. Kembali sekolah, kembali menjalani hidup seperti biasanya.
Suatu malam sekembalinya ia dari kehidupan muram. Opalo membuka surat tipis yang ditujukan kepadanya. Surat itu berbahasa Indonesia dengan ejaan lama, khas.
Ini isi suratnya.
***
Opalo, gadis kecil kami yang malang. Tidak ada pembukaan lain selain permintaan maaf dari Mom dan Dad. Jika tiba hari kamu mendapatkan surat ini dalam keadaan hidupmu baik-baik saja, seperti kebanyakan orang. Maka, pesan kami, tetaplah berada di tengah-tengah keluarga itu, dan tetaplah baik-baik saja.
Kami hanya mengirimkan uang untuk keperluan fisik mu, tapi tidak dengan cinta dan kasih sayang yang keluarga ini berikan padamu. Berapapun kami membayar mereka, tidak ada yang bisa menebus jasa.
Kami yakin ibu Sri memberitahumu semuanya. Termasuk kalung-kalung dan buku tabungan kalian, Opalo dan Anita. Kami bersyukur kau hidup dalam keadaan baik dan tumbuh besar dengan sehat.
Jika suatu saat keadaan memungkinkan, kami akan segera menemuimu. Kami tahu, ini adalah janji yang bisa jadi tidak dapat ditepati. Akan tetapi, tetaplah hidup dengan baik, membanggakan keluargamu.
Jika surat ini sudah kau terima, berikan surat ini pada dokter Muhammad. Dia akan memberimu hadiah yang kami titipkan padanya. Kecuali, saat ini usiamu masih 17, kamu harus bersabar satu tahun lagi hingga usiamu 18 untuk menerima hadiah dari kami. Dan ini rahasia.
Sesekali pergilah ke Gereja Blenduk, di kota lama. Gereja itu adalah tempat favorit kami, dulu. Sampaikan salam kami kepada Yesus.
Semoga kau selalu sejahtera, gadis kecil kami. Ameen
***
Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan mengenai Gereja Blenduk hari itu. Mengenai salam orang tuanya kepada Yesus. Pada akhirnya ia harus bersabar hingga bulan Januari, untuk bertemu dokter Muhammad. Dan aku sama sekali tidak melihat tanda-tanda Opalo memberikan sesuatu kepada dokter Muhammad, ketika aku mengantarnya menemui dokter.
Pikiranku masih baik-baik saja. Kejutan-kejutan itu memang aneh, tapi tidak begitu mempengaruhiku.
Hingga malam Senin pertama bulan Januari 2016. Setelah ia membenturkan kepalaku pada permukaan keras.
Sejak saat itu, aku tahu, sedikit demi sedikit, sejengkal demi sejengkal. Lalu segalanya. Segala kesimpulan yang bisa kuambil dari apa yang Opalo ceritakan padaku, dan apa yang kulihat pada dirinya. Aku tahu segalanya, dan Opalo mengatakan bahwa semuanya rahasia. Dia tidak peduli bahwa aku tidak bisa menahan rahasia itu berhenti pada diriku.
Dia tidak peduli.
***
Pict by : google
Ayo Anita, beritahu rahasia itu padaku.
BalasHapusKak Rina sudah mengaduk seluruh rasa ingin tahuku tentang kelengkapan cerita ini. Jangan berhenti kak...plisss
BalasHapusapa ya rahasianya... rahasia ya ?
BalasHapuskepo iihh
BalasHapusMaaf kak, numpang promo. Hehe
BalasHapusUSIA BELUM TUA TAPI RAMBUT SUDAH MEMUTIH? ITU RAMBUT APA BIHUN?
Baca Selengkapnya di... http://rambut-mu.blogspot.co.id/2016/10/cara-menghitamkan-rambut.html