When I lost "me time"

Kehilangan, siapa yang mau?

Rutinitas sehari-hari nan monoton tidak bisa menghilangkan keinginan-keinginan yang membuat hati saya terpuaskan. Itulah yang saya sebut me time, waktu untuk diri sendiri. Me time, bagi saya adalah diluar waktu beribadah. Beribadah juga merupakan kebutuhan tetapi saya tidak ingin menyebutnya me time. Me time juga diluar waktu bekerja dan mengabdi, meski hal ini juga sebuah kebutuhan.

Me time adalah satu waktu dimana saya bisa melakukan sesuatu, atau tidak melakukan apapun.

Sebagai orang yang memiliki pekerjaan 'di dalam ruangan', saya membutuhkan hal ini, me time.

Me time bagi saya adalah menulis.

Maybe, ketika me time saya tidak saya gunakan untuk menulis, saya akan lebih suka tidur atau menonton film yang mungkin sudah pernah saya tonton bahkan berkali-kali.

Me time bagi saya, adalah suatu waktu dimana saya bisa berhenti sejenak. Bukan hengkang dari kehidupan ini. Me time adalah tanda koma, dan di tanda koma ini saya bisa melakukan apa yang ingin saya lakukan.

Me time membuat tubuh dan pikiran rileks, selain shalat dan membaca al quran. Karena me time saya adalah menulis, maka saya merasa kelelahan saya tidak banyak terkurangi ketika saya kehilangan me time. Saya tidur dengan mimpi yang seolah mengingatkan bahwa saya belum menulis.

Ketika saya memutuskan untuk bersikap dewasa, tidak mengeluh di media sosial. Saya bersyukur bisa menahannya, meski seringnya tidak bisa, meski tidak secara gamblang keluhan di medsos seperti bbm (yang paling sering dan mudah di akses) menjelaskan tentang keluhan, kebahagiaan, kesedihan, kekalutan saya.

Saya berusaha menjadikan me time untuk menulis, mengubah keluhan, kesedihan, harapan, doa, dalam sebuah tulisan, entah cerita atau puisi.

Hal yang paling sedih, diketahui resikonya, tapi kadang tidak tertahankan untuk dipertahankan. Adalah ketika saya kehilangan me time. Karena kelelahan, kesibukan, kantuk teramat sangat, pekerjaan tiada henti, prioritas dan sebagainya.

Saya mencoba mempertahankan me time, semenjak bergabung dengan ODOP. Bersyukur ada orang-orang yang membuat saya iri bahwa mereka bisa menikmati 'me time' nya. Lalu kenapa saya tidak? Dengan bahasa kaku, tersendat-sendat, berusaha meletakkan menulis dalam daftar teratas 'me time' yang hasratnya harus dipenuhi setiap hari.

Kalau saya bisa, kenapa tidak? Saya khawatir kalau 'menulis' saya terhenti dan semua 'hasrat terhadap kata-kata' itu pudar.

Saya bersyukur, dipertemukan dengan orang-orang yang 'maybe' menempatkan menulis dalam daftar teratas me time. Dimana ketika daftar tersebut tidak terlaksana, itu membuat dahaga. Dan satu-satunya yang bisa menyelesaikan hal itu, adalah diri saya sendiri.

Untuk kesekian kalinya, terimakasih ODOP.

Share this:

JOIN CONVERSATION

3 komentar:

  1. Alhamdulillah ya Kak Rin :')
    Tetap mangat kakaaaak! ( ^ ~ ^)9
    (Ini Intan pakai akun adeku, hehe..)

    BalasHapus
  2. Saya sedang kehilangan "me time", " golden time" atau apapun itu saya menyebutnya. :(

    BalasHapus
  3. Saya sedang kehilangan "me time", " golden time" atau apapun itu saya menyebutnya. :(

    BalasHapus