Menu Beracun

'Senangnya, tidak usah memasak setiap hari sarapan sudah selalu tersedia'
'Maklumlah, anak tunggal. Apa-apa dituruti'
'Yah, selama mama papanya masih ada. Buat apa dia ngurus rumah. Toh nanti kalau menikah juga bisa punya pembantu'
'Masa sih? Sekedar masak air aja nggak pernah'
'Dia bukan anak tunggal, dia punya adik tapi kuliah di luar kota. Jadi seperti anak tunggal hidup bertiga dirumah'

Aku, si anak tunggal yang sering dibicarakan tetangga. Hidupku nyaman, enak, asik, santai, menurut mereka. Bangun tidur air hangat sudah siap. Mau minum? Ada susu ada teh. Mau bikin kopi? Tinggal bilang 'Pa, kopi dong'. Mau bikin jus tinggal teriak 'Ma, jusnya mana'. Selain air hangat sudah siap, menu sarapan yang tak kalah heboh itu juga sudah siap. Tinggal makan saja, nasi hangat dan pulen. Lauk berbagai macam yang membuat penuh meja makan. Siapa yang nyiapin? Tentu lah Mama dan Papa, siapa lagi?.

Soal bersih-bersih rumah? Mereka juga sudah bangun pukul dua saat aku sedang indah-indahnya bermimpi. Mereka mengepel, mencuci piring dan perabotan, memutar musik jazz yang berdengung, memutar gilingan mesin cuci, memutar beras di dalam panci, memutar sayur di dalam wajan, memutar mimpiku menjadi bising.

Baju-bajuku? Tentu sudah siap semua. Sudah disetrika licin dan wangi, bau parfum. Bahkan semut akan enggan mendekatinya karena saking halusnya. Sepatuku? Sudah disemir, tak lupa kasutku. Bersiap berangkat kerja, kendaraanku juga sudah dipanaskan. Aku satu-satunya makhluk yang tidak berenergi di dalam rumah ini. Kalah dengan kecoa dan tikus yang mereka kejar-kejar. Kalah dengan cicak yang melompat menangkap nyamuk. Kalah dengan nyamuk yang berusaha lari dari baygon listrik. Kalah dari bagygon listrik yang mencoba membunuh nyamuk.

Menu hari ini. Mama memasak sup ayam, tempe goreng, ayam goreng dan sambal tomat, tidak lupa petai bakarnya. Papa memasak tumis kangkung, bakso goreng, kerupuk besar-besar sekali, sambal terasi yang aromanya sama dengan tumis kangkung, kemudian ikan pari bakar yang kukus lalu diletakkan di cobek sambal terasi.

Kami hidup bertiga, dan mereka membuat menu semacam itu setiap hari. Belum lagi nanti kalau tukang sayur melewati jalan depan komplek. Mereka akan keluar dan memilih buah apa yang akan mereka makan hari ini. Sekaligus berbelanja untuk memasak besok subuh.

Bagi Mama dan Papa. Hidup ini kompetisi. Mereka bersaing memasak setiap hari. Dulu mereka menikah marena terlalu cocok. Sama-sama suka memasak, sama-sama pandai memilih bahan yang bagus, sama-sama hobi bersih-bersih, sama-sama terbiasa menata meja. Dan akhirnya membuka restoran di kota, bersama. Semua hal-hal yang dilakukan dirumah adalah permainan kompetisi mereka. Sayangnya meski aku ada diantaranya, aku tidak pernah dimasukkan dalam kategori peserta. Aku hanyalah juri yang bisa memesan-mesan dan harus mencicipi menu mereka setiap hari. Saat sebuah menu di ulang, mereka mengatakan bahwa menu tersebut sudah ditambahkan ini itu sebagai perbaikan, bagaimana rasanya? Dengan wajah antusias mereka menunggu jawabanku. Ah, aku bersyukur adikku bisa kuliah keluar kota sehingga ia tak perlu kuatir dengan ajang icip-icip makanan setiap hari.

Setelah itu aku harus memberikan penilaian. Jika kukatakan enak sekali, mereka akan bertengkar hebat kalau kau tak mau makan masakan keduanya. Jika kukatakan tidak enak, makanan itu akan meluncur ke tempat sampah depan komplek sekaligus wajan dan pancinya, bahkan terkadang serbetnya juga. Ah, benar-benar simalakama.

Hari ini juga, aku ada miting di kantor. Pekerjaanku banyak dan mereka bertengkar pagi-pagi. Sampai menyalah-nyalahkan kecoa yang terbang hilir mudik di dapur.

Aku kesal setiap hari, karena menu-menu yang menurut mereka lezat namun meracuniku. Meracuniku? Haruskah kubalas sikap gila mereka terhadapku selama ini?

Keesokan paginya, aku berussha bicara pada mereka. Kalau yang mereka lakukan selama ini sia-sia. Berkompetisi dengan makanan itu buang-buang waktu dan tenaga. Membuang makanan yang tidak enak itu pemborosan. Tapi mereka tak peduli. Sebulan dari hari itu mereka memasak menu dobel tripel setiap hari, lebih banyak, lebih enak, kata mereka. Tidak habis disimpan tidak habis disimpan. Jadilah mereka membeli tambahan satu kulkas di rumah untuk masing-masing. Mama sudah punya satu kulkas pintu dua dan sekarang membeli lagi yang sama, begitu juga Papa. Empat kulkas di didinding berbaris, seperti tentara yang siap menerkamku kapan saja.

Sebulan dengan dua kulkas pintu dua dikali dua pcs dan dua pemiliknya yang setiap hari hanya perduli akan itu. Belum lagi kecoa tebang di dapur, tikus-tikus yang berlarian kesana kemari dan mereka tebari racun-racun.

Ah, memuakkan sekali.

Sebulan dari hari itu, setelah aku berangkat kerja. Mereka terkapar di lantai dapur. Mulutnya berbusa, kejang-kejang. Seharusnya mereka menemui pelanggan hari ini. Rumahku penuh, tetangga menonton, polisi berkerumun, aku dipaksa pulang awal dari kantor.

Polisi menemukan kaleng baygon di tempat sampah. Aku mengatakan kalau mereka maniak makanan, dan selalu penasaran dengan rasa baygon. Kaleng baygon itu dibuka dengan pisau hingga menjadi dua bagian. Mereka menemukan sidik jariku. Aku mengelak, tentu saja ada sidik jari ku dan Mama Papa di kaleng itu. Mereka menemukan pisau dengan sidik jariku, tidak aneh kalau pisau itu ada sidik jari kami. Kami hanya tinggal bertiga dirumah, tanpa binatang piaraan. Hanya ada kecoa terbang dang tikus berlarian.

Tetangga dimintai keterangan. Mereka mengatakan aku tidak pernah memasak, tidak pernah membersihkan rumah, tidak pernah mencuci baju. Mereka pikir hidupku hanya bangun, mandi, makan, kerja, pulang, mandi, makan, lalu tidur.

Polisi memborgolku, membawaku dengan mobil bersirine uwi uwi ke LP. Ah memuakkan, aku tahu betul aku akan ketahuan.

#OneDayOnePost

Sumber gambar : https://www.google.co.id/search?q=makanan+di+meja+makan&oq=makanan+di+mena&aqs=chrome.2.69i57j0l3.8812j0j4&client=ms-android-asus&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8#imgrc=ah9OaAX-xjnmsM%3A

Share this:

JOIN CONVERSATION

17 komentar:

  1. Ih ih ih. Mbak nih belum mandiri.. Hehee (Just kidding)

    BalasHapus
  2. Dari judul gue tau ini bakalan cetarr! Satu, gue suka ini "Aku satu-satunya makhluk yang tidak berenergi di dalam rumah ini. Kalah dengan kecoa dan tikus yang mereka kejar-kejar. Kalah dengan cicak yang melompat menangkap nyamuk. Kalah dengan nyamuk yang berusaha lari dari baygon listrik. Kalah dari bagygon listrik yang mencoba membunuh nyamuk". Dua, miting apa nggak sebaiknya ditulis meeting lalu dimiringin mbak? Bukan, bukan kepalanya yang dimiring-miringin. Tulisannya... Tiga, gue suka juga yang "bersirine uwi uwi". Overall, cerita ini menggelikan. Pesannya, bunuh saja orang yang membuang-buang makanan. Titip salam kecoa di rumah. #PenggemarUwiUwi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sialan kau bang ken, wkwkwk
      Uwiuwinya buat bang ken aja.

      Hapus
  3. Bagus bangetttt!!!!! Ini jauh lebih bagus Dan menarik ketimbang kutukan di wajahku (soory to say) mungkin kalau ini yang dikompetisikan ini bakal menang mbak Rina....

    BalasHapus
  4. Uwi uwi, Audrey numpang lewat...

    Endingnya keren, mungkin cerita ini terinspirasi dari kehidupan penulis ya?

    Saya kira, Emak Bapaknya mati gara2 kalium sianida, tau2 baygon tak berdosa...

    Tetep uwi uwi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haduh, mana ada saya ngebaygonin mama papa, kalo kecoak mah iya. Xixixi

      Hapus
  5. Wwkwkwk. Pengen jitak pala Audrey. Tetep uwi uwi, lo pikir apaan?

    BalasHapus
  6. pantesan menang ken award ternyata ok bingits .. jempol uwi deh buat mbak El

    BalasHapus
  7. Woalah, saya kira tadi true story, Mbak. :D -_-

    BalasHapus