battle fever

Senin, 22 Februari 2016

Sepasukan colders bersiap diluar atmosfir. Panglima colders bersiap memberikan aba-aba. Pasukan mereka sudah bersiap menyerang, namun masih menunggu penyusup kembali. Tak berapa lama, serombongan penyusup yang dikirim oleh panglima tampak berduyun-duyun.

"Target menyadari virus yang kita kirimkan, akan tetapi sampai saat ini target belum melakukan tindakan pencegahan apapun. Sepertinya misi kita siap dilanjutkan, Pak"

"Bagus, baiklah kalau begitu. Biarkan saja dulu. Sepertinya target sedang menikmati acara jalan-jalan siang ini"

"Lihat pak, lihat. Target akan meminum jus jambu. Dia membuang esnya dari gelas"

"Lihat kan, manusia memang kadang bodoh. Dia sudah merasa terjangkiti virus tapi tidak mencegah segera, malahan minum es, sok kuat mereka itu", sang panglima tempur menggerutu.

"Bukannya itu lebih baik pak, jadi kita tidak terlalu buang-buang tenaga", salah satu anak buahnya mengingatkan.

"Ah, ya betul sekali. Kalian memang pintar"

Pasukan itu terus mengamati hingga si target, makhluk berwujud manusia bernama Rina itu saat kembali ke rumah.

"Pah, paracetamolnya dimana?", teriak Rina.

"Di kulkas", sahut Papanya.

Pasukan colders mulai kasak-kusuk.
"Malam ini, ketika manusia itu tidur. Perkirakan hilangnya reaksi obat pada tubuhnya. Beberapa saat setelah itu, kita lancarkan serangan"

Tik tok tik tok, jam terus berdetak. Lewat tengah malam makhluk manusia itu terusik, ia mulai merasa kedinginan. Diambilnya selimut rangkap untuk membebat tubuhnya yang menggigil, masih saja.

Selasa, 23 February 2016

Hingga keesokan paginya ia akhirnya mengirim pesan kepada rekan kantor untuk ijin tidak masuk.

"Sesi pertama selesai. Virusnya tengah memasuki masa inkubasi. Kita bisa istirahat sejenak. Lanjutkan nanti malam"

"Siap pak!", pasukan colders memberi hormat tak tanggung-tanggung kepada penimpinnya. Rina menegak paracetamol 3 x sehari. Obat itu bereaksi, mengeluarkan keringat dan menghilangkan nyeri-nyeri di tulang. Namun demam datang lagi dan lagi.

Rabu, 24 February 2016

"Saya belum bisa masuk kerja hari ini. Mohon ijinnya. Terimakasih"

Pesan singkat itu terkirim. Rina masih terkapar di kasur. Makan paracetamol 500mg setiap hari. Ia berangsur pulih. Telinganya yang mengalami penurunan fungsi mulai membaik. Rambutnya acak-acakan seperti gelandangan. Kulitnya licin bak mandi minyak goreng. Dan baunya, jangan ditanya lagi.

Kamis, 25 February 2016

Rina memutuskan berangkat kerja. Meski siangnya ia harus pamit lebih awal karena gejala-gejala menggigil itu muncul lagi.

"Paracetamol yang kau minum itu tidak manjur. Minum paracetamol ini. Manjur banget", sambut ayahnya dengan menunjukkan kaplet paracetamol yang lain. Rina makan siang dan menenggaknya, si paracetamol baru. Ia kemudian berbaring dengan selimut karena terlalu dingin yang dirasakan. Pasukan colders melapor, bahwa manusia itu telah mengirimkan pasukan perlawanan. Panglima pasukan colders kalap.

"Prosesnya sudah hampir selesai. Manusia ini banyak sekali dosanya, kami harus melunturkannya keluar dari badannya"

"Hahaha, kalau begitu lawan kami!", teriak panglima paracetamol dengan gagahnya.

Pertempuran terjadi. Di dalam setiap sendi makhluk manusia bernama Rina. Pasukan paracetamol dan pasukan colders berperang demi memenangkan kepentingan masing-masing. Sementara si pemilik tubuh sedang terbujur kaku merasakan ledakan-ledakan di sekujur badannya. Membiarkan makhluk micro itu saling menghabisi untuk kemudian sama-sama musnah.

Terinspirasi dari "demam"

#OneDayOnePost
#FebruaryMembara_Day17

Sumber gambar : google

Share this:

JOIN CONVERSATION

2 komentar:

  1. Hiiii...baru tau saya, mbak kalau demam bisa menggeliatkan racun-racun tubuh. Hehehe

    BalasHapus