Dulu

Namaku Lintang
Umurku dua puluh enam tahun.

Ini kisahku, dalam sebuah surat kepadamu.

Dulu, aku mempunyai sebuah cita-cita. Tidak ada orang yang tahu, cita-cita ini harus dirahasiakan serahasia mungkin, kalau bisa. Aku harus punya gembok kombinasi angka dan pendeteksi sidik jari dalam brangkas penyimpanannya.

Ia harus disimpan rapat-rapat di ruangan bawah tanah, tersembunyi, tanpa jejak, dan tidak boleh terendus. Atau, ia harus disamarkan mejadi sebuah tembok, atau di dingklik di tepian tungku. Atau ia disimpan di atas eternit, dengan palang-palang besi yang menjaganya dari jatuh ke lantai. Atau haruskan kuselipkan di antara hingar lampu ruang tamu, yang terbuat dari porcelain berukir-ukir itu?.

Kuberitahu, cita-cita itu setidaknya menggelikan. Klise dan membuat siapapun akan menertawakanku, kemudian akan teringatkan kau. Satu-satunya obyek yang membiaskan mahar-mahar impian itu.

Dulu, aku punya sebuah cita-cita. Klise dan menggelikan. Yaitu, memberikan hadiah kepada ayah ibumu. Empat atau lima setidaknya, cucu-cucu yang lucu. Cucu-cucu yang khusus dalam penjaganku sendiri.

Cucu-cucu yang penurut kepada kita, dan penurut kepada kakek-neneknya.

Cucu-cucu yang mau mendengarkan berulang kali nasehat lama, mematri dalam hatinya, mengamalkan sesuai tempatnya.

Cucu-cucu yang ketiadaannya membuat mereka rindu.

Cucu-cucu yang mau merenungkan dalai lama, berdendang lagu bersama orang tua.

Cucu-cucu yang menjadi penerus kokohnya garis keturunan kita. Hidup, menghidupkan dan menghidupi. Cinta, mencintakan dan mencintai.

Cucu-cucu yang menjadi sumber segala ruah asa, asa-asa di bangun dan mereka sebagai pondasinya. Akar dari segala perjuangan kita.

Cucu-cucu yang membuat mereka mensyukuri hari-hari tua, menanggalkan khawatir dari sudut sukma.

Dulu, aku punya sebuah cita-cita. Yaitu, memberikan hadiah kepada ayah ibumu. Empat atau lima setidaknya, cucu-cucu yang lucu.

Daftar ini, sengaja kubuat sekarang, pada selembar kertas malang, karena ia bertanggung jawab menjaga sebuah rahasia.

Namaku Lintang
Umurku dua puluh enam tahun. Ini kisahku, dalam sebuah surat kepadamu. Pada selembar kertas malang, yang kulipat dan kusimpan serta dalam brangkas. Rahasia.

Bandungan, 27 February 2016

Sumber gambar : google https://www.google.co.id/search?q=bayi

Share this:

JOIN CONVERSATION

12 komentar:

  1. Ooohh. Jadi namanya lelaki itu Lintang ya mbak Rin..heheh

    BalasHapus
  2. Ooohh. Jadi namanya lelaki itu Lintang ya mbak Rin..heheh

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Sekarang gimana ya? Malah belum kepikiran. Wkwkwk

      Hapus
  4. dikirain apa yg disembunyikan. resep rahasia atau uang segepok sampai pake kode kombinasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Resep rahasia untuk melangkah mencintai seseorang, ceilaaaaaahhh

      Hapus
    2. Resep rahasia untuk melangkah mencintai seseorang, ceilaaaaaahhh

      Hapus