Kemarau

Kidungnya
Selalu
Merasa cukup pada angin angin dingin
Ditahan di dedaun ranting
Kering, geming, terusik bisik
Gemeresak di daunan tersasak sasak
Jenuh mempertanyakan tawa
Harus dicipta, sebagaimana?
Dikala tuhan menyurutkan sumur-sumur
Tapi tidak dengan langkah-langkah kafilah-kafilah
Waktu yang berjalan, ditemani arak-arak wangi anggur
Dan debu-debu berdebur
Lakon manusia dan dewa-dewa
Tuhan memberi permainan
Pada lelah dan kesah
Ketika kemarau mengeringkan kulit bibir, merekah
Sementara pujangga bernyanyi dengan diam diam terkatup
Kepada kertas-kertas klasik
Pada hidup yang masih pelik
Biar gemerisik

Tengaran, 13 september 2017

Share this:

JOIN CONVERSATION

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar